Kegelisahan Dosen Unmul Sikapi Korupsi Lewat Stand Up Comedy
Samarinda, SEKALTIM.CO – Siapa bilang akademisi tidak bisa berkomedi? Faktanya, di Universitas Mulawarwan, dosen pun mampu memberikan sajian lucu sebagai karya kreatifnya melalui stand up comedy.
Dengan modal keseharian yang telah terbiasa stand up di depan mahasiswa, rasa canggung barangkali tidak akan menjadi persoalan bagi dosen untuk berbicara di hadapan publik.
Namun, untuk menyajikan materi stand up comedy, itu lain soal. Butuh materi dan daya kelucuan untuk menjadikannya sajian stand up comedy yang mampu memberikan hiburan segar bagi audiensnya.
Tantangan itu terjawab oleh Warkhatun Najidah, seorang dosen dari Fakultas Hukum Universitas Mulawarman yang tampil sebagai komik dalam gelaran Lomba Stand Up Comedy Pusat Studi Anti Korupsi (SAKSI) Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Sabtu 9 Desember 2023.
Warkhatun Najidah menjadi komik pembuka dengan membawakan materi korupsi dalam stand up comedy bertajuk Komedi Kita Para Akademisi (Meditasi) di hadapan para mahasiswa dan dosen saat peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia.
Dia mengaku materi baginya mudah didapatkan. Namun, untuk lucu, sangatlah susah.
“Kalau mencari materi itu gampang buat saya. Tapi
lucunya yang susah. Saya itu dosen biasa stand. Tetapi komedi, nggak,” ujar Najidah mengawali materinya.
Dalam materinya, Warkhatun Najidah mengungkap kegelisahan dirinya dan para dosen di Fakultas Hukum dalam menghadapi kasus-kasus korupsi di Tanah Air. Menurut Warkhatun Najidah, kasus-kasus korupsi di Indonesia telah mengalami metamorfosa dan membuat stres para dosen, antara lain tentang kebooran uang negara.
“Saya dosen hukum keuangan negara. Setiap hari saya mempelajari di mana bocornya duit negara. Nah, sekarang, bocornya itu di mana-mana. Saya bilang ke Pak Dekan, bagaimana kalau mata kuliahnya diganti saja, menjadi hukum kebocoran keuangan negara,” ujar Warkhatun Najidah disambut gelak tawa audiens.
Warkhatun Najidah yang merupakan dosen hukum keuangan negara juga mengungkapkan kegelisahan para dosen lain dalam mempelajari kasus-kasus hukum korupsi di Indonesia. Dia mencontohkan, dulu para koruptor bernegosiasi dan merencanakan kejahatan korupsi di luar negeri, bahkan di tempat-tempat yang jauh dari pengawasan publik.
Namun saat itu, negosiasi dan perencanaan jahat koruptor justru banyak terjadi di ruang publik dan terang-terangan dilakukan para penegak hukum.
“Dosen kriminologi juga stres. Dalam kuliahnya pasti mengajarkan dulu para koruptor mau cincay pasti ketemunya di luar negeri, di pulau terpencil, di hotel berbintang. Nah, sekarang, itu pelajaran sudah lewat. Sekarang ketemunya di lapangan bulutangkis,” ujar Warkhatun Najidah.
Dua materi itu menjadi bagian stand up comedy Warkhatun Najidah yang bisa disaksikan dalam kanal Youtube Law Faculty Mulawarman University, 9 Desember 2023. Meski satu-satunya dosen yang menyajikan materi stand up comedy, namun memberikan gambaran kegelisahan dosen yang menermati fenomena korupsi melalui tilikan akademis.
Hal itu sejalan sengan sambutan yang disampaikan Dekan Fakultas Hukum Unmul saat membuka Lomba Stand Up Comedy SAKSI FH UNMUL – Komedi Kritis Ulah Plutokrasi (KORUPSI).
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Hukum Unmul, Mahendra Putra Kurnia menyatakan kegiatan ini merupakan sesuatu yang menarik ketika SAKSI memiliki ide kreatif mengadakan lomba Stand Up Comedy memperingati Hari Anti Korupsi atau Hakordia.
Menurut Mahendra, tak semuanya harus digarap serius tetapi juga dengan komedi. Dengan begitu, banyak hal yang bisa dikritisi.
“Satu di antaranya melalui lomba stand up comedy. Apresiasi sangat besar terhadap SAKSI dan panitia. Mungkin ini akan menjadi sebuah model atau acara yang bisa dirutinkan dan trade mark buat SAKSI sendiri,” ujar Mahendra.
Namun Mahendra mengingatkan ada satu hal yang harus dicermati, yaitu tetap menjaga nuansa akademis. Pasalnya, kerap kali terjadi dalam sejarah hukum pidana Indonesia orang-orang yang harus berhadapan dengan hukum akibat guyonannya.
“Tetap ada mengangkat nuansa akademis. Bukan hanya sekadar guyonan atau lucu-lucuan saja. Tetap ada sindiran atau kritik. Tetap ada rambu-rambu yang harus dijaga. Ini acara akademik dengan menggunakan metode komedi,” ungkap Mahendra. (*)