SamarindaWACANA

Tugu Pesut Samarinda Tuai Kebingungan Warga

Samarinda, Sekaltim.co – Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki ikon baru Tugu Pesut Samarinda yang menjadi perbincangan hangat masyarakat.

Tugu Pesut Samarinda yang berdiri megah di Simpang Empat Lembuswana, menggantikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha, kini menuai pro dan kontra di kalangan warga.

Tugu Pesut Samarinda memiliki tinggi 8 meter. Ikon tugu di Kota Tepian ini dibangun dengan anggaran Rp1,1 miliar dari APBD 2024 ini diresmikan pada 30 Desember 2024.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Samarinda menyatakan bahwa Tugu Pesut tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika kota, tetapi juga menggambarkan ekosistem khas Sungai Mahakam yang identik dengan Pesut Mahakam.

Tugu ini diharapkan dapat menjadi ikon baru dan menarik lebih banyak wisatawan.

“Tugu Pesut berfungsi sebagai elemen estetika kota dan juga menjadi simbol keindahan alam kota, tetapi juga menggambarkan ekosistem khas Sungai Mahakam yang identik dengan Pesut Mahakam. Tugu Pesut ini diharapkan dapat menjadi ikon baru Samarinda dan menarik lebih banyak wisatawan untuk mengunjungi kota ini.” demikian keterangan tertulis Dinas pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Samarinda pada 30 Desember 2024 lalu.

tugu pesut samarinda

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DPUPR Samarinda, Uwim Mursalim, menjelaskan keunikan tugu yang menggunakan bahan material daur ulang.

“Tugu ini dibuat menggunakan kabel plastik daur ulang. Prosesnya tidak mudah karena harus memastikan bahan yang digunakan aman bagi lingkungan,” ujarnya belum lama ini.

Namun, kehadiran tugu berbentuk siluet berwarna merah ini menuai kritik dari masyarakat.

Banyak warganet mempertanyakan bentuknya yang dianggap kurang merepresentasikan pesut sebagai satwa khas Sungai Mahakam.

Seperti yang diungkapkan netizen Cimeh Oktavia dalam postingan 1 Januari 2025, “Tugu pesut jar tapi gaktau letak bentuk pesutnya dimana, disuruhnya memang kita warga samarinda ni melihat pakai mata batin.”

Menanggapi kritik tersebut, Wali Kota Samarinda Andi Harun menyikapi dengan lapang dada.

“Itu ilustrasi pesut, kalau karya seni itukan memang tergantung dari kita memandangnya. Dan kita bisa memaklumi kalau ini jadi perbincangan di publik, sambil berjalan itu tidak apa,” katanya saat dikonfirmasi di MTS Negeri Jalan Harmonika Samarinda, Jumat 3 Januari 2024.

Tugu Pesut Samarinda ini menggantikan Tugu Parasamya yang dibangun pada 2017 di masa kepemimpinan Wali Kota Syaharie Jaang dengan anggaran sekitar Rp800 juta.

Tugu lama tersebut merupakan simbol penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha dari Kementerian Dalam Negeri atas prestasi tertinggi dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Andi Harun menegaskan bahwa pembangunan tugu ini merupakan bagian dari upaya penataan kota.

Pro-kontra yang muncul di tengah masyarakat dianggap sebagai hal yang wajar dan akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk menghasilkan karya atau produk yang lebih baik lagi.

“Jika hanya tugu, ya kita lapang dada terima sebagai sebuah masukan, kritikan itu adalah obat dan ada hikmahnya,” ungkapnya.

Terlepas dari kontroversi yang muncul, Tugu Pesut tetap menjadi bagian dari wajah baru Kota Samarinda.

Dengan desain modern dan minimalis serta penggunaan material ramah lingkungan, tugu ini mencerminkan upaya pemerintah kota dalam memadukan pembangunan berkelanjutan dengan pelestarian identitas lokal, meskipun interpretasinya masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. (*)

Simak berita Sekaltim.co lainnya di tautan Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button